Seperti kitab tebal yang kau buka, aku terselip didalamnya..
Di antara kata dan kalimat, kabur tak terbaca..

Kamis, 25 Maret 2010

RUMAH KEDUA


Saya terdiam, menatap ke sekeliling sudut tempat saya berada. Menyadari bahwa kini saya telah jauh dari sebuah tempat yang saya namakan sebagai “rumah kedua”. Sebuah tempat yang sekiranya telah melambuhkan saya pada sebuah kedewasaan, kemandirian, dan tentu saja tanggungjawab. Sebuah tempat yang mengenalkan saya pada berbagai macam warna, rupa, karakter, ataupun bahasa. Membuat saya mengerti akan berharganya setiap waktu yang saya punya, hingga saya lupa bahwa 3 tahun adalah waktu yang terlampau singkat. Di tempat itu, sebuah tempat yang saya istilahkan sebagai rumah kedua yang apik, lengkap dengan segala fasilitas alam yang menyenangkan. Rumah yang pintunya selalu terbuka, menyamakan setiap perbedaan tanpa menghilangkan perbedaan itu sendiri. Seperti ketika ia membuka pintunya untuk kami, 91 orang terpilih. Entahlah, mungkin karena kebetulan semata, jodoh, takdir, ataupun sejenisnya, saya pun tak tahu. Di kediaman itulah, saya belajar menerima berbagai macam hal, bahkan hal yang tak bisa saya terima sekalipun. Saya mengenal teman-teman baru, sebuah kelurga besar yang mengagumkan. Seperti rumah pada umumnya, di dalamnya ada ayah, ibu, tante, nenek, anak, cucu, dll. Mungkin terdengar lucu, seolah membuat fantasi dalam suatu kehidupan lain. Namun itulah yang akan terkenang bahkan ketika kita betul-betul akan mengalami kehidupan nyata yang sesungguhnya. Seperti kata orang bijak “hidup itu bagaikan roda yang selalu berputar, kadang di atas dan kadang di bawah”. Begitupun dengan kehidupan yang kita rancang. Pada saatnya, ketika suatu masa, ia pun akan berakhir. Mengenang semua hal yang ada ataupun terjadi di tempat itu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri bagi saya, khususnya teman-teman yang selalu setia menemani saya selama kurang lebih 3 tahun. Mengenal kalian adalah sebuah keajaiban, sebuah misteri yang terlampau indah dipecahkan. Walaupun kita telah dipisahkan oleh ruang dan waktu, ingatlah bahwa kita pernah hidup dalam sebuah dinding yang sama. Bahkan saat kalian ataupun saya sadar bahwa kini kita tak lagi bersama dalam sebuah tempat yang saya sebut sebagai “rumah kedua”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar