Seperti kitab tebal yang kau buka, aku terselip didalamnya..
Di antara kata dan kalimat, kabur tak terbaca..

Minggu, 04 April 2010

My new L.I.F.E

Menapaki kampus merah Universitas Hasanuddin, ada sesuatu yang justru terasa asing bagi saya. Bukan karena saya belum pernah memasuki kampus ini sebelumnya, tapi justru karena sekarang saya telah menjadi bagian dari keluarga besar ini. Tak ada lagi seragam putih abu-abu yang biasa saya jumpai, teman-teman semasa SMA yang sudah bagaikan saudara, dan guru-guru yang telah akrab dalam pandangan saya. Suasananya begitu berbeda dan semuanya terasa lain. Kini, saya berada di antara ribuan orang yang tidak saya kenal. Saya bertemu dengan wajah-wajah baru hampir setiap hari dengan gaya dan penampilan yang tentu saja berbeda. Sesuatu yang tidak pernah saya temui sebelumnya di bangku SMA. Saya mulai melangkah, melewati koridor demi koridor tempat ini dengan berbagai pikiran yang berkecamuk di kepala. Inikah dunia kampus? Inikah orang-orang di dalamnya? Beginikah rasanya menjadi mahasiswa? Dan sebuah pertanyaan besar dalam hati saya. Siapkah saya menjadi seoarang mahasiswa?
Awalnya saya merasa sangat canggung, namun lama kelamaan saya bisa menetralisir semua perasaan itu. Ya, sekarang saya telah berada di dunia yang berbeda. Saya bukan lagi seorang siswa, kini saya adalah seorang mahasiswa. Sebuah peningkatan level yang harus disikapi dengan penuh rasa tanggung jawab.
            Mahasiswa, sebuah gelar baru yang kini saya sandang. Sebuah tahapan yang mesti saya lalui sebagai proses akademis untuk meraih apa yang saya cita-citakan. Ibaratnya sebuah tangga, kita harus melalui tiap-tiap anak tangga itu untuk dapat mencapai puncaknya. Begitupun dengan apa yang saya alami. Setelah menyelesaikan tahun terakhir di SMA, saya mendaftarkan diri di berbagai perguruan tinggi, baik itu negeri maupun swasta. Hingga pada  akhirnya setelah melalui proses panjang yang melelahkan, saya dapat menjadi salah satu mahasiswa Jurusan Fisioterapi Universitas Hasanuddin. Sebuah hal besar yang mesti dan wajib saya syukuri, sebab tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama. Beribu-ribu orang bertarung di berbagai tes  masuk penerimaan mahasiswa baru yang diadakan oleh setiap perguruan tinggi di Indonesia, namun tidak semuanya bisa merasakan keberhasilan yang sama untuk dapat duduk di bangku perguruan tinggi dan bahkan merasakan indahnya menjadi seorang mahasiswa.
            Menjadi salah seorang mahasiswa fisioterapi sebenarnya bukanlah sesuatu yang mudah bagi saya. Banyak hal yang sering membuat saya ragu dan kadang kala hal itu mampu mematahkan semangat yang selama sudah ini saya bangun. Namun, saya selalu berusaha memantapkan diri dan meyakinkan hati saya bahwa fisioterapi adalah pilihan yang terbaik untuk mengantarkan saya meraih sebuah impian di masa depan. Sebuah harapan untuk dapat membahagiakan kedua orangtua saya.
            Setelah melalui proses PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) dan BSS (Basic Study Skill), baik itu tingkat universitas maupun tingkat fakultas, akhirnya tibalah saya pada sebuah dunia baru, kehidupan baru dengan keluarga yang tentu saja baru. Saya mulai merasakan kebahagiaan tersendiri bisa berada di antara kaum-kaum intelek yang sangat haus akan ilmu pengetahuan. Saat itulah semangat saya bangkit untuk menatap masa depan yang lebih baik. Meskipun lahir di Pangkep, berdarah asli Pangkep, dan memiliki orangtua yang berasal dari Pangkep, sebuah daerah kecil di pelosok Indonesia Timur, namun semangat dan tekad saya untuk berprestasi tidak kalah besarnya dengan anak-anak lainnya yang mungkin lahir dan tumbuh di daerah perkotaan dengan segudang fasilitas lengkap dan mewah. Saya percaya bahwa ketika orang lain bisa, maka saya pun pasti bisa.  
    Menjalani kuliah pertama di Fakultas Kedokteran adalah hal yang cukup berat bagi saya pribadi. Saya harus berjumpa dan berinteraksi dengan orang-orang baru, bukan lagi orang yang biasa saya temui di bangku SMA. Sebenarnya ini mungkin bukanlah hal yang sulit bagi sebagian orang, namun berbeda halnya dengan saya. Saya menyadari bahwa saya bukanlah tipe orang yang gampang bergaul atau istilahnya supel. Kadang kala saya sangat kesulitan untuk berbicara atau sekedar bertegur sapa dengan orang yang baru saya kenal. Namun seiring berjalannya waktu, saya dapat mengatasi semua ini.
   Hari-hari pun berlalu, kehidupan dunia kampus yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya di kepala saya akhirnya tergambar sudah. Kini saya mulai memahami sedikit demi sedikit hal-hal yang terjadi di dalamnya, saya mulai belajar banyak hal hingga saya mencapai sebuah kesimpulan bahwa menjadi seorang mahasiswa adalah sesuatu yang tidaklah mudah namun sungguh menyenangkan. Walaupun terbilang baru, saya menyadari bahwa setiap peristiwa yang telah saya alami dan saya lalui adalah sebuah bagian dari proses pendewasaan diri yang akan membimbing saya menjalani hari-hari penuh cerita di kampus ini. Saya berusaha mengubah pola pikir saya, mencoba melihat segala hal dari sudut pandang yang berbeda. Menyadari bahwa menjadi mahasiswa berarti siap untuk berpikir terbuka, kritis, dan dewasa. Saya bukan lagi anak SMA yang mengenakan seragam putih abu-abu, kini saya adalah seorang mahasiswa yang dituntut untuk membawa perubahan, baik bagi diri saya pribadi maupun untuk bangsa dan negara tercinta.
           

Kisah seorang ayah dan putrinya

Kisah ini terjadi disuatu pagi yang cerah, yaa.. mungkin tidak begitu cerah untuk seorang ayah yang kebetulan memeriksa kamar putri nya...

Dia mendapati kamar itu sudah rapi, dengan selembar amplop bertuliskan untuk ayah diatas kasurnya.. perlahan dia mulai membuka surat itu...


--
Ayah tercinta,

Aku menulis surat ini dengan perasaan sedih dan sangat menyesal.
Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah.
Aku pergi bersama kekasihku, dia cowok yang baik, setelah bertemu dia.. Ayah juga pasti akan setuju meski dengan tatto2 dan piercing yang melekat ditubuhnya, juga dengan motor bututnya serta rambut gondrongnya.

Dia sudah cukup dewasa meskipun belum begitu tua (aku pikir jaman sekarang 42 tahun tidaklah terlalu tua).
Dia sangat baik terhadapku...
lebih lagi dia ayah dari anak di kandunganku saat ini.
Dia memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkannya bersama.

Kami akan tinggal berpindah-pindah, dia punya bisnis perdagangan extacy yang sangat luas
Dia juga telah meyakinkanku bahwa marijuana itu tidak begitu buruk.
Kami akan tinggal bersama sampai maut memisahkan kami.

Para ahli pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS jadi dia bisa segera sembuh.

Aku tahu dia juga punya cewek lain tapi aku percaya dia akan setia padaku dengan cara yang berbeda.

Ayah.. jangan khawatirkan keadaanku.
Aku sudah 15 tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku.
Salam sayang untuk kalian semua.

Oh iya, berikan bonekaku untuk adik, dia sangat menginginkannya.

----

Masih dengan perasaan terguncang dan tangan gemetaran, sang ayah membaca lembar kedua surat dari putri tercintanya itu...


PS: Ayah, .. tidak ada satupun dari yang aku tulis diatas itu benar
Aku hanya ingin menunjukkan ada ribuan hal yg lebih mengerikan daripada nilai Raporku yg buruk.
Kalau ayah sudah menandatangani rapotku diatas meja,
panggil aku ya...Aku tidak kemana2 saat ini aku ada di....


tetangga sebelah.


NB: tulisan ini saya ambil dari facebook teman..

Jumat, 02 April 2010

PUTIH ABU-ABU

and the story begin...




















               putih abu-abu, it's not just colours






there are moment


















                                                                 and we're laughing...


















then...we're go...


















but the story, always in our hearts...;)











_forever_