Dan beningmu
Basahi tanah Tuhan
Mengalun dalam syair sore yang merekah
Jatuh perlahan lewat tetes-tetes mungil yang kemilau
Merembes di padang gersang,
Pada daun dan rumput hijau yang liar
Terpelanting di antara kelopak-kelopak merah
Senandungmu keras, menggetirkan jiwa yang gulana
Namun denting irama mu syahdu,
Dalam nikmat yang Kuasa..
Mungkin setahun bukan waktu yg cukup lama bagiku untuk mengenalnya, tapi setahun telah cukup membuatku terasa begitu kehilangan. Yah, hanya setahun..hanya setahun kurasakan kebersamaan itu dengannya. Tak percaya, kalau akan sesingkat ini.
Tahukah kau, bagaimana rasanya hari itu? hari dimana aku kehilangan dia untuk selama-lamanya..
Tak usah kujelaskan, karena aku tak ingin mengenang kembali rasa sakit itu..kau akan mengerti, sampai kau merasakannya sendiri dan jika kau sudah merasakannya, maka mungkin aku dan kau sedang merasakan hal yg serupa.
“Kehilangan”..sungguh, aku merasa betul-betul kehilangan sosok itu..
Dia..dia yg kukenal di hari itu..dia yg senyumannya begitu hangat dan mendamaikan, kini telah tiada..
Dia adalah kakak yg setia membimbingku, guru yg mau meluangkan waktunya untuk mengajar dan menjawab pertanyaan-pertanyaanku, teman yg mau membagi ceritanya, rekan yang setia, dan saudara yang menyenangkan.
Sulit untuk percaya, bahwa di usianya yg sedini itu, dia telah pergi ke tempat yg begitu jauh..melepaskan mimpi, harapan, dan semangat yang ia punya.
Terus terang, butuh waktu yg sangat lama untuk berhenti memikirkan itu semua. Karena semakin aku berpikir,maka semakin sulit untuk menemukan jawabannya. Yang kuyakini hingga detik ini bahwa waktu dan takdirlah yang telah membawanya pergi, kembali ke pelukan Tuhan. Aku percaya, bahwa Tuhan telah menyiapkan tempat terbaik untuknya. Tempat istirahat kekal dan tujuan akhir yang abadi. Aku percaya, bahwa kematian adalah kereta terakhir yg mengantar jiwa-jiwa suci ke hadapan Tuhan-Nya. Yang kan membawa siapa saja melihat keabadian itu. Kita hanya perlu bersabar, menunggu giliran itu sampai kepada kita.
Izinkan Aku menangis, Tuhan
Tuhan,bukan aku menangisi kehendak-Mu
Bukan karena aku marah atau kecewa kepada-Mu
Bukan Tuhan, bukan karena itu
Aku hanya sedang sedih
Kau tahu semua itu Tuhan
Lebih dari yang mereka tahu,
Maka dari itu,biarkanlah aku menangis untuknya
Ijinkan aku Tuhan
sebab aku tak sanggup menahan sesak di dadaku
rasa sakit karena kehilangan
kehilangan seseorang,
yang karena-Mu
aku menyayanginya
Tuhan, kumohon,
Jangan marah atau benci kepadaku
Karena aku sedang menangisi kepergiannya
Yang karena-Mu ia datang, dan oleh-Mu pun dia pergi
Aku hanya sedang sedih Tuhan, sangat sedih
Hingga air matapun bahkan tak sanggup menghapusnya
Bukan Tuhan, bukan karena aku tak mengikhlaskannya
Sebab dia milik-Mu
Dan aku tak berhak atas apapun yang telah KAU tetapkan
Aku hanya sedang sedih Tuhan
Biarkanlah aku mengenangnya dalam tangisku
Karena tak ada yang bisa membuatnya kembali
Tak satu pun itu
Tuhan, aku tahu semua akan pergi pada waktunya
Bahkan dalam ketidaktahuanku, Kaulah yang mengatahui segalanya